Friday, December 16, 2011

Bimbingan Rasul SAW jika Bertemu Mimpi Buruk atau Baik

Menurut satu riwayat dari Bukhari,yang diterima dari Abi Salamah,bahwa Abu Salamah itu pernah bermimpi.Setelah dia bangun dari tidur,terasa kesan mimpi itu pada dirinya sehingga menyakitkan.Lalu hal itu diterangkannya kepada seorang sahabat Nabi s.a.w bernama Abu Qatadah.Lalu Abu Qatadah menceritakan pula bahwa dia pernah bermimpi,yang setelah dia bangun menimbulkan sakit dalam dirinya kerana seramnya mimpi itu.Rasa sakit itu barulah setelah didengarkan Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Mimpi yang baik adalah dari Allah.Maka apabila di antara kamu bermimpi yang mengesankan baik,janganlah diceritakan mimpi itu melainkan kepada orang yang engkau senangi.Dan jika kamu bermimpi yang tidak menyenangkan,hendaklah berselindung diri kepada Allah,dan hendaklah ludahkan tiga kali,dan jangan diceritakan kepada sesiapapun.Dengan demikian tidaklah akan bahaya pada dirinya.”

Berselindung diri kepada Allah ialah dengan membaca:Ta’au-wudz;”A'uzu billahi minashaitanir rajim.”
Abu Qatadah mengatakan selanjutnya bahwa mimpi yang dimimpikannya itu demikian seram dirasakannya,sehingga berat laksana beratnya sebuah bukit menindih dirinya.Tetapi setelah didengarkan Hadits itu dari Nabi s.a.w dan diamalkannya,habis sirnalah tekanan perasaan berat itu.

Dan kemudian terdapat sebuah Hadits yang dirawikan oleh Muslim dari Jabir bin Abullah.Sabda Nabi:
“Apabila seorang di antara kamu yang bermimpi yang tidak menyenangkan,meludahlah ke kiri tiga kali dan berlindunglah dari syetan tiga kali pula,lalu palingkan tidur(membalik dari miringnya)”.

Sebuah lagi Hadits sahih yang diterima dari Abi Hurairah:
“Kalau kamu bermimpi yang tidak menyenangkan,lekas bangun dan segera sembahyang”
Ulama-ulama berkata,segala yang diajarkan Nabi ini tidaklah berlawan,baik diamalkan semuanya,ditambah lagi dengan sembahyang,maka dengan melakukan sembahyang,semua yang mempengaruhi perasaan itu jadi habis dan semua terkerjakan.Kerana kalau dia telah bangun sembahyang,tentu dia dengan sendirinya telah berpaling atau membalik dari tempat tidurnya.Dan ketika mengambil wudhuk,tentu dimulai dengan berkumur-kumur(madh-madhah),dengan itu dia telah meludah.Dan apabila sembahyang telah dimulai,tentu sebelum Fatihah dia membaca Tau’au-wudz(“A'uzu billahi minashaitanir rajim.”.Dan setelah sembahyang,tentu dia sudah berdo’a dan merendahkan diri(Tadharru’)kepada Allah,moga-moga Allah memeliharanya dari segala bahaya.Apatah lagi itu adalah sembahyang tahajjud,di waktu yang sangat terbuka pintu pengabulan do’a(sa’atul ijabah)di waktu sahur.

Demikian Al Qurthubi menulis dalam tafsirnya.

No comments:

Post a Comment